Loading...

Cara Menanam Pohon Tin di Greenhouse Solusinya Dari Serangan Karat Daun

Sponsored Links
Loading...

Menanam Pohon Tin di Greenhouse Solusinya Dari Serangan Karat Daun


tin dalam greenhouseTingkat produktivitas buah tin lebih maksimal berkat perlindungan dari air hujan.
Greenhouse seluas 330 m² berbentuk terowongan itu tampak mewah. Semua dinding dilapisi bahan screen net yang mampu bertahan sampai 10 tahun. Adapun atap Greenhouse berbahan plastik ultraviolet. Petani buah tin di Kajang, Selangor, Malaysia, Marzuki Safiee, membangun greenhouse itu pada pertengahan tahun 2015. Biaya sebuah Greenhouse mencapai RM100.000 seenilai Rp320-juta.
Dia membangun 4 greenhouse di atas sebidang lahan 1,2 ha. Pada bulan Februari 2016, ia membangun kembali rumahplastik lebih besar untuk pohon tin yang tersisa. Di dalam rumah tanam itu ia menanam bermacam-macam jenis tin seperti super red hybrid, taiwan golden fig (TGF), masui dauphine (MD), brown turkey mutation 6 (BTM-6). Populasi di sebuah greenhouse itu mencapai 500 tanaman. Beragam tin itu tumbuh menjulang hingga 2 meter.

Tanaman merana
Marzuki Safiee membudidayakan tanaman tin di pot keranjang plastik berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm. Jarak antar pot amat rapi, yakni 1,37 meter dan jarak antarbaris 1,52 m. Buah-buah ranum menggelayuti setiap ketiak daun. Ukuran buah sebesar pingpong berderet-deret ke atas. Daun-daun tanaman di bagian atas batang berukuran lebar, lebat, dan hijau segar.
tin dalam greenhouse
Atap dan dinding greenhouse melindungi tin dari serangan hama dan penyakit.
Adapun batang di bagian bawah nyaris tanpa daun. Marzuki sengaja membuang daun agar buah tetap mendapat sinar matahari. Alhasil , kondisi tanaman terlihat amat sehat. Produksinyapun juga optimal. Marzuki Syafiee rutin memanen rata-rata 15kg per hari. Pertumbuhan tanaman di luar greenhouse kurang menarik. Ratusan tanaman terlihat kurus, daun-daun hanya berada di bagian atas batang dan cabang. Bercak hitam memenuhi daun akibat serangan cendawan.
Daun lain malah lebih memprihatinkan, selain titik hitam juga menguning. Ketika daun disentuh dengan ujung jari secara perlahan, daun malah rontok. Batang berwarna keabu-abuan menandakan tanaman sakit. Buah memang banyak, tetapi warna merah tidak bisa merata, bahkan ada luka bekas serangan hama. Kondisi tanaman seperti itu memang sering terjadi bila tin tumbuh di luar greenhouse.
Petani tin di Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Hadi Prayitno menghadapi persoalan yang serupa. Semula tin varietas blue giant di kebun Hadi tumbuh dengan baik. Tinggi tanaman mencapai 30—70 cm, pertumbuhan tinggi rata-rata 10 cm per bulan. Daun pun hijau dan subur. Namun, ketika terjadi perubahan musim dr kemarau ke musim hujan, mulai muncul titik-titik hitam di permukaan daun.
Keesokan hari, titik hitam semakin banyak dan daun mulai menguning. Pada hari ketiga, daun pun rontok. Kerontokan daun lebih cepat daripada pembentukan daun baru. Dampaknya tanaman kurus. Menurut ahli penyakit tanaman dari di Yogyakarta, Wiwik Wijayahadi bercak hitam di permukaan daun tin akibat serangan cendawan.
Kurangi pestisida
Penyakit karat alias rust itu menyerang tin hingga sebagian besar daun rontok. Tanaman memang tidak mati, tetapi produktivitas turun hingga 60%. Itu karena jumlah daun yang berfotosintesis sedikit. Jika telanjur terserang, petani memanfaatkan fungisida yang mengandung senyawa logam, besi, atau tembaga. Namun, hal itu tidak boleh diterapkan pada tin untuk konsumsi daun atau buah. Karena itulah membangun rumah plastik sangat dianjurkan.
tin dalam greenhouse
Hama penggerek kulit batang mampu matikan pohon tin.
Cara paling mudah mengatasi gangguan itu memang membangun greenhouse seperti Marzuki. Petani lain, Dato Syed Elias, juga membangun 4 greenhouse di Ampang, Kualalumpur, Malaysia. Petani tin sejak 2007 itu menggelontorkan dana RM30.000 atau sekitar Rp96-juta untuk membangun 4 greenhouse mini. Ia memperkirakan rumah tanam itu mampu bertahan 10 tahun.
Pekebun lain yaitu Mr Poh di Ipoh, Penang, Hilmi (Syah Alam), Ridzuan Abdullah (Selangor), dr Justin Pereira (Petaling Jaya), juga membangun greenhouse untuk menyelamatkan pohon-pohon tin. Justin membangun rumah tanam sederhana dengan memanfaatkan bambu sebagai kerangka. Petani tin di Indonesia yang membangun rumah plastik hanya segelintir, seperti Hartawan Sugianto di Kota Batu, Jawa Timur, Khulub Satria Hadi (Sleman, Yogyakarta), dan Kastawi (Kendal, Jawa Tengah).
Mereka membangun rumah plastik sederhana untuk melindungi tin dari serangan hama dan penyakit. Khulub, misalnya, membangun rumah plastik 300 m² berkonstruksi bambu yang menghabiskan Rp8-juta. “Dengan membangun rumah plastik dan memberi jaring di sekelilingnya, serangan hama berkurang,” ujar pria 28 tahun itu. Hama yang pernah menyerang kebun ialah belalang dan kumbang penggerek batang.
tin dalam greenhouse
Mereka membangun greenhouse untuk menekan penggunaan pestisida. “Menaman tin untuk konsumsi daun dan buah. Pemakaian pestisida dihindari agar tidak meracuni konsumen,” kata Khulub. Wilayah tropis seperti Indonesia sangat sesuai untuk perkembangbiakan cendawan karena lembap. Menurut Wiwik Wijayahadi, saat musim hujan di daerah tropis, kelembapan cukup tinggi. Kondisi itu membuat duplikasi spora sangat tinggi.
Wiwik Wijayahadi menuturkan greenhouse menekan kelembapan yang tinggi sehingga mengurangi kecepatan duplikasi cendawan. Selain itu ia menganjurkan untuk menjaga sanitasi kebun agar tidak terlalu lembap. Selama ini ada dua bentuk greenhouse yang diterapkan pekebun. Pekebun di Malaysia mengadopsi greenhouse berbentuk tunnel atau terowongan, sedangkan pekebun di Indonesia memilih bentuk atap rata dan miring. Menurut pemerhati greenhouse, Yos Sutiyoso, kelebihan atap terowongan adalah plastik tidak mudah sobek karena tertiup angin.
Adapun atap datar gampang sobek bila tertiup angin karena terus-menerus melambai-lambai saat tertiup angin. Namun, atap tunnel juga mempunyai kelemahan, yaitu panas yang masuk ke dalam akan tertampung di atap dan tidak bisa keluar. Akibatnya suhu dalam greenhouse selalu panas. Sementara di rumah plastik beratap datar suhu lebih rendah. (Trubus).
Sponsored Links
Loading...
loading...